Cerita cinta

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4

content="Microsoft Word 11">

Aku telah jauh dari semua angan dan impianku,terlalu jauh.Terlalu dalam aku masuk dalam perangkap kehidupan ini yang menghancurkan hari-hariku secara perlahan.Terlalu lama aku menyakiti diriku sendiri,diriku yang tidak memiliki harapan dan semangat untuk mempercayai sebuah keajaiban.Kini aku jauh,terlalu jauh dari cinta.

*************


Hari-hari yang kujalani sama seperti hari-hari yang lalu,sama seperti hari-hari yang orang-orang jalani,selalu hari-hari yang biasa.Aku hanya seorang anak kecil biasa yang masih ingin bersenang-senang dan bermain-main.Yang selalu tersenyum setiap saat mengejek-ejek semua kenyataan.Kenyataaan yang mana?

Inilah kenyataan hidup yang terlalu berat untuk anak kecil berumur 15 tahun seperti diriku.Aku tinggal di sebuah pulau di Kalimantan yang di pulau tersebut hanya ada satu Kecamatan yang nama pulau tersebut adalah Pulau Bunyu.Mungkin gak banyak orang yang tahu tentang pulau ini,tapi aku gak lahir di pulau ini.Aku lahir di Balikpapan,akan tetapi karena perusahaan tempat ayahku bekerja memindahtugaskan ia keluar dari Balikpapan dan pada saat itu aku masih kelas 3 SD,akhirnya kami sekeluarga pindah ke Pulau Bunyu.Ayahku bekerja di sebuah perusahaan swasta dan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga biasa.Aku anak ke-3 dari 3 bersaudara,kakak pertamaku laki-laki umurnya 21 tahun,dia kuliah di sebuah universitas swasta di Tarakan – kota seberang pulau Bunyu - dan yang kedua perempuan umurnya 20 tahun,gak ngelanjutin kuliah ngebantuin ibu aja di rumah.Lalu aku Ryon,yang sekarang baru aja naik ke kelas 3 SMP.Klo orang tahu aku anak terakhir pasti mereka menilai aku anak yang manja dan hanya tahu senang-senang aja,tapi aku gak merasa seperti itu.Benar gak sih?

“Akhirnya.Senang sekali rasanya sekarang dah kelas 3 SMP,ternyata waktu begitu cepat berlalu.Terlebih lagi aku senang banget bisa sekelas dengan teman-teman baikku.” Ujar batinku saat pembagian ruang kelas.Gak sadar aku memeluk temanku,emang memalukan sih namanya juga lagi kegirangan gak peduli kanan-kiri.Tentunya bukan teman cewek donk,kan lagi di lapangan sekolah malu-maluin aja aku kan juga masih punya malu. :~p

Hari ini sama seperti hari-hariku yang biasa,tapi ketika aku menginjakkan kakiku kembali ke rumah kurasakan perasaan dendam dan perasaan benci.Mungkin gak ada yang tahu tentang hal ini,hal tentang perasaanku terhadap keluargaku sendiri.Yah..dimaklumkan saja karena waktu itu aku masih belum bisa berpikir dewasa tapi sok berpikir dewasa.Sejak kecil aku selalu merasa benci dan ini bukan benci biasa akan tetapi kebencian yang begitu besar.Entah kenapa aku bisa merasakan hal seperti ini.Aku merasa aku tidak pernah berarti dalam keluarga ini bahkan aku sempat berpikir kalau aku bukan anak kandung ortuku.Tapi pikiran anak angkat terbantahkan karena aku punya surat keterangan lahir dari ortuku.Jadi,aku lalui hari-hariku bahkan tahun-tahunku dalam keluarga ini dengan perasaan benci.Lebih parahnya lagi aku gak tahu apa arti sayang dan cinta meskipun itu dalam keluarga sendiri.Aku sering merasa putus asa menghadapi hidup ini yang kurasa begitu kejam yang membuatku berpikir untuk membenci hidup dan lebih baik aku gak pernah ada di dunia ini,aku lebih baik mati!Setiap malam aku selalu menangis sendiri,menangisi perasaan ini,perasaan yang tidak pernah ada ketenangan.Aku gak begitu mengerti apakah keluargaku sayang padaku atau tidak,karena aku sendiri emang gak pernah ngerti gimana rasa disayangi dan menyayangi itu.Aku merasa kedua kakakku lebih beruntung daripada aku yang gak pernah dianggap.

Dibalik semua kepedihan itu aku gak tahu harus bergantung dan bersandar kepada siapa.Pada siapa aku bisa membagi perasaan sedih ini dan siapa yang sudi membagi perasaan bahagianya denganku.Aku juga sempat ragu terhadap Tuhan merasa Ia gak penah adil,gak bisa mengeluarkan aku dari kehampaan ini.walaupun aku orang beragama aku juga jadi jarang beribadah karena keraguanku itu.Inilah aku,aku emang selalu tersenyum dan ceria dihadapan orang lain serta aku merasa begitu bebas dan bahagia saat keluar dari rumahku.Aku menganggap rumahku adalah sarang kebencian yang setiap kali aku memasukinya maka hanya ada perasaan benci dan sakit yang kurasa.Begitulah akhirnya aku lebih sering menghabiskan waktu-waktuku bermain dengan teman-temanku diluar rumah. Berharap aku bisa terbebas dari penjara jiwa.

Saat ini aku sedang menjalani hubungan dengan seorang wanita bernama Cici. Dia adik kelas ku dan kebetulan teman dekat dari pacarnya teman dekatku. Cici anak yang baik dan ceria,tapi bicaranya kurang jelas karena lidahnya cadel dan terkadang membuat ku bingung saat berbicara dengannya. Sudah 3 bulan aku bersamanya namun aku masih belum merasakan cinta yang sebenarnya pada dirinya. Mungkin juga karena aku emang gak ada niat dari awal untuk menjalin hubungan dengannya. Aku berpacaran dengan Cici karena ketidaksengajaan dari temanku dan pacarnya yang selalu memaksa aku untuk berpacaran dengan Cici. Jadilah kami sepasang kekasih,akan tetapi hanya bertahan selama 3 bulan karena suatu hal.

Begini nih ceritanya,temanku punya seorang adik yang bernama Inge yang kebetulan adik kelas 1 di sekolah yang sama denganku. Kemana-mana Inge selalu berempat dengan teman-temannya,Nata,Nila,dan Vera. Karena aku sering bercanda dengan Inge jadilah aku juga mengenal ketiga temannya. Salah satunya yang menarik perhatianku adalah yang bernama Vera. Kebetulan temanku yang bernama Bobby yang juga sepupu dari Cici menyukai Vera. Begitu sering aku menggoda Vera saat ada Bobby makin lama perhatianku tertarik pada dirinya. Teman-teman seangkatanku pun sering menceritakan siswi kelas 1 yang bernama Vera,yang akhirnya aku tahu bahwa bukan Vera yang menarik perhatianku itu yang sering dibicarakan. Sampai akhirnya saat aku menggoda Bobby untuk menyatakan cinta pada Vera,namun dia menolaknya dan tanpa sengaja aku menatap matanya yang juga mengarah padaku. Aku mulai merasakan sesuatu yang lain dari pandangan mata tersebut. Alasan Vera waktu menolak Bobby adalah karena dia sudah memiliki pacar.

Pernyataan bahwa Vera sudah memiliki pacar membuatku penasaran yang akhirnya saat pulang sekolah aku mampir ke rumah Inge dan bertanya-tanya tentang Vera apakah dia benar telah memiliki pacar atau belum. “Vera itu gak suka ma Bobby,makanya dia cuma ngaku-ngaku aja kalo udah punya pacar padahal belum ada alias single.” Itulah jawaban Inge saat aku bertanya tentang kepastian apakah Vera emang benar-benar sudah memiliki kekasih atau belum. Entah kenapa hatiku sangat lega saat mendengarnya. “tapi yang suka ma Vera sebenarnya banyak,cuma belum ada yang diterimanya aja.” Tambah Inge yang membuat aku semakin merasa tertantang atas ucapannya barusan. Inge terlihat sangat curiga padaku dan juga bertanya-tanya apakah diriku juga ada maksud untuk meraih hatinya Vera. Aku hanya bisa tersenyum dan meninggalkan dia sambil menitip salam untuk Vera,yang aku tidak sadari inilah yang menjadi awal sebuah cerita panjang. Sebuah cerita yang aku sendiri tak yakin berakhir bahagia atau pedih.